Thursday, September 29, 2016

30 September: Melupakan Aidit dan Jessica


Tanggal 30 September 1965 adalah salah satu tanggal penting dalam sejarah Bangsa Indonesia. Mengingatkan kita akan sebuah peristiwa tragis yang menimpa tujuh orang perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya. Hari setelahnya, 1 Oktober 1965, dikenal sebagai Hari Kesaktian Pancasila. 

Namun, tahukah kamu bahwa di tanggal yang sama 49 tahun setelah itu, atau tepatnya di tahun 2014 ada sebuah peristiwa yang (bisa penting, bisa tidak) mengguncang negeri Korea Selatan. Walau tidak berdampak langsung pada dunia perpolitikan Indonesia, tetapi tetap menyedihkan karena dapat memicu Twit War antar sesama Rakyat Indonesia di Twitter. Mari kita bahas bersama-sama.

Dalam buku pelajaran sejarah yang kita pelajari mulai dari SD hingga SMA, hampir selalu ada bab yang membahas tentang peristiwa "Gerakan 30 September" atau yang lebih akrab dengan istilah "G30S/PKI", yaitu peristiwa pembunuhan keji terhadap tujuh orang perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya. Pembunuhan terhadap ketujuh perwira tinggi yang akhirnya diabadikan sebagai "Pahlawan Revolusi" berdasarkan Keppres No. 111/KOTI/1965 itu sejatinya baru terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari. Hanya saja pergerakan para pelaku dimulai sejak malam tanggal 30 September 1965.

Banyak pihak yang mengatakan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) lah pihak yang paling bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. PKI dianggap hendak melakukan kudeta pada masa itu, dan hal tersebut dianggap sebagai sebuah bentuk pengkhianatan. Sejak kejadian itu, masyarakat Indonesia seolah menjadi sangat parno dengan PKI dan hal-hal berbau komunisme, bahkan hingga sekarang.

PKI sejatinya sudah lama 'mati', tetapi beberapa waktu lalu isu kebangkitan PKI kembali menguat. Adalah Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen, S.IP, M.Si yang menjadi salah satu pihak yang amat 'getol' berkoar-koar perihal bangkitnya PKI. Tentunya, hal ini sungguh sangat meresahkan masyarakat Indonesia.

Bagaimana tidak? Semenjak isu ini menguat, masyarakat menjadi sangat responsif. Banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk mencegah kebangkitan PKI, contoh yang paling kontroversial adalah pemusnahan buku-buku yang dianggap 'bernuansa kiri', yang bahkan hal ini mendapat dukungan dari pihak perpustakaan nasional. Buku-buku tersebut dimusnahkan karena disinyalir dapat membangkitkan kembali gairah komunisme di Indonesia. Di sisi lain, ada pula pihak yang berpendapat bahwa aksi-aksi tersebut adalah bentuk dari keinginan untuk menghapus sejarah.

Jika bicara mengenai PKI, maka pastinya kita tidak akan pernah terlepas dari satu sosok bernama Dipa Nusantara Aidit atau yang lebih dikenal dengan nama DN Aidit. Pria yang konon terlahir dengan nama Achmad Aidit ini merupakan mantan ketua PKI. Sebagai seorang yang pernah memegang jabatan sangat penting di PKI, tentu Aidit adalah orang yang paling dicari pada masa itu, dan dianggap sebagai salah satu orang yang memegang peran besar terhadap peristiwa G30S/PKI.

Hal-hal mengenai DN Aidit juga dianggap tabu akibat menguatnya kembali isu kebangkitan PKI, salah satunya adalah lukisan yang sempat terpampang di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta. Dalam lukisan karya Galam Zulkifli tersebut, dari sekian ratus wajah tokoh-tokoh Indonesia, terselip satu wajah yang terkesan ‘haram’ untuk dipertontonkan. Ya, siapa lagi kalau bukan wajah dari seorang DN Aidit. Alhasil, lukisan bertajuk “The Indonesia Idea” yang menggambarkan wajah tokoh-tokoh yang berperan membuat Indonesia bisa sampai sekarang ini.

Layaknya panggung drama, Indonesia tentu terdiri dari tokoh protagonis dan antagonis, bukan? Atau mungkin ada yang merangkap keduanya (who knows?). Namun, Indonesia nampaknya sudah benar-benar tidak mau mengenal PKI ataupun DN Aidit.

Oke, jika pembahasan mengenai PKI dan Aidit ini cukup membuat kepala menjadi pusing, mari kita coba kesampingkan mereka sejenak. Begini, apa yang dialami Aidit mungkin kurang lebih sama dengan apa yang dialami oleh bintang Kpop Korea Selatan, Jessica Jung. Bukan… Bukan karena ia merupakan antek-antek Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, tetapi ada kasus lain yang berhubungan dengan label/agency lama Jessica, yaitu SM Entertainment.

Wanita yang terlahir dengan nama Jung Soo Yeon itu pernah menjadi bagian dari Girl Group Internasional Korea Selatan yang sangat fenomenal, yaitu “Girls’ Generation” atau “SNSD (So-Nyeo Shi-Dae)”. Jessica bersama SNSD melewati tahun-tahun yang penuh fenomenal di industri musik Korea Selatan dan dunia. Mereka merupakan bagian dari sejarah industri entertaiment Korea Selatan yang patut diabadikan. Coba tanya teman-teman laki-laki kalian yang mulai menjadi fans musik Kpop sejak rentang tahun 2007-2014 (atau mungkin termasuk yang baru mulai sekarang), pasti sebagian besar dari mereka akan menjawab bahwa ‘pintu masuk’ mereka ke dunia fanboying Kpop adalah SNSD.

SNSD menjalani tahun-tahun yang manis dan harmonis sebagai 9 wanita yang sukses membombardir ‘garis pertahanan hati’ para lelaki. Musik mereka menghentak, daya pikat mereka tak terelakkan. Berbagai penghargaan telah mereka raih. Konser diselenggarakan di sana sini, termasuk di negeri tempat Barack Obama memimpin. Tidak ada satu pun member SNSD yang unfamous atau kasarnya “hanya sebagai pemanis”.

Namun, mereka yang menjalani debut pada tahun 2007 itu, harus menjalani cobaan berat pada tahun 2014, tepatnya di bulan September. Jessica Jung meninggalkan mereka. Banyak spekulasi yang berkembang di kalangan media, dan juga para fans perihal keluarnya Jessica. Spekulasi berkembang menjadi kontroversi akibat adanya statement dari kedua belah pihak (Jessica dan SM Entertainment).

Pada tanggal 1 Oktober, Jessica mengumumkan kepada publik bahwa dirinya dipaksa untuk keluar dari SNSD oleh SM Entertainment. Jessica merasa bahwa hal tersebut berhubungan dengan bisnis yang ia jalankan. Memang, selain menjalani karir di dunia entertainment, wanita berjuluk “Ice Princess” ini diketahui menjalankan usaha di bidang fashion.

Dalam pernyataannya, Jessica bisa dibilang merasa dikhianati karena, sebelumnya, ia telah disetujui dan dipersilahkan oleh SM untuk memulai bisnis pribadinya tersebut. Bahkan, langkahnya tersebut didukung oleh member SNSD lainnya. Sebulan setelah peluncuran fashion brand miliknya, ia tiba-tiba merasa semuanya telah berubah. Sikap SM dan para member SNSD berubah perihal kegiatannya di bidang bisnis tersebut. Hingga pada akhirnya ia dipaksa membuat pilihan: SNSD atau bisnisnya itu.

Pernyataan Jessica tersebut jelas membuat para fans berang dan sangat responsif. mereka menuntut adanya penjelasan dari pihak SM Entertainment, ataupun SNSD. Sebelumnya, pada tanggal 30 September 2014, SM sudah lebih dulu buka suara. Dalam pernyataannya, SM mengatakan bahwa justru Jessica sendiri lah yang meminta untuk keluar dari SNSD guna memulai karirnya secara solo. Alasannya adalah due to a personal situation. Inti dari pernyataan SM pada saat itu adalah mereka memutuskan untuk ‘menjalankan’ SNSD hanya dengan 8 orang, tetapi tetap mendukung Jessica secara personal, yang artinya Jessica tetap di bawah kendali manajemen SM Entertainment.

Namun, fans banyak yang tak terima. Ada beberapa fans yang pro ke Jessica dan ada juga yang pro ke SNSD. Gesekan antar fans terjadi di Twitter memicu Twit War. Beberapa bahkan berubah dari yang tadinya fans menjadi haters. Sedihnya, para fans mereka di Indonesia juga ikut-ikutan. Padahal, kenal secara personal saja belum tentu.

Betapa respon terhadap apa yang terjadi di negeri ginseng nun jauh di sana direspon dengan begitu luar biasa di sini. Ketika beberapa waktu lalu SNSD datang untuk menggelar konser tur bertajuk Phantasia di Indonesia, banyak fans yang memutuskan tidak hadir. Selain alasan kehabisan tiket, izin orang tua, dan ketersediaan biaya, muncul suatu alasan yang terdengar agak membingungkan, yaitu: "gua masih baper". 

Pasca kejadian yang dikenal dengan istilah “G30SNSD” di kalangan fans di Indonesia ini, hubungan antara Jessica dengan SM tak kunjung membaik. Puncaknya, pada 6 Agustus 2015, Jessica meninggalkan SM. Hal yang semakin membuat kesal para fans terkait keluarnya Jessica adalah sikap dari SM dan SNSD di media sosial dan televisi.

Jika di Indonesia semua hal yang berkaitan atau mirip-mirip dengan PKI/Komunisme dimusnahkan, maka hal yang kurang lebih sama terjadi pada Jessica Jung. SM berusaha menghapus Jessica dari sejarah mereka. Seolah-olah tidak pernah ada member SNSD atau artis SM bernama Jessica Jung alias Jung Soo Yeon.

Hampir semua hal berbau Jessica mereka hilangkan dari internet, seperti halnya foto-foto dan beberapa video yang ter-posting pada akun media sosial SM, maupun member-member SNSD. Bahkan, untuk sekedar menyebut nama “Jessica Jung” di acara TV yang menghadirkan SNSD adalah ‘haram’ hukumnya. Pun sama halnya dengan Jessica. Silahkan scroll akun Instagram Jessica Jung sampai postingan paling awal. Anda tidak akan lagi menemukan foto Jessica bersama dengan member SNSD ataupun artis SM, kecuali adiknya Krystal Jung.

Pada hari peringatan debut SNSD yang ke-9, SM mengunggah video klip lagu terbaru SNSD yang berjudul “Sailing 0805”. Konsep video klipnya berisi video animasi yang berlatar belakang nuansa video klip lagu-lagu SNSD yang pernah menjadi hits dari masa ke masa. Di akhir video klip tersebut, terlihat bahwa SNSD digambarkan hanya terdiri dari 8 orang. Bagaimana dengan Jessica? Mereka hanya menyisakan gambar gitar dan topi yang ia kenakan di beberapa video klip SNSD. Seolah ia telah hanyut di tengah-tengah pelayaran SNSD mengarungi samudera dunia hiburan Korea Selatan.

 Jessica Jung bertopi Ungu di Video Klip "Gee" (Sumber: SM Entertainment)

 Jessica Jung bergitar bintang merah di Video Klip "Girls Generation" (Sumber: SM Entertainment)

Jika diperhatikan baik-baik, terdapat gambar gitar Jessica Samar-Samar (Sumber: SM Entertainment) 
Topi ungu Jessica terlihat Jelas (Sumber: SM Entertainment)

Lalu bagaimana dengan hubungan antara Jessica dengan member SNSD lainnya? Di sela-sela promosi album solo terbarunya pada Mei 2016 lalu, Jessica sempat mengonfirmasi kepada media, perihal hubungannya dengan member SNSD. Ia mengatakan bahwa ia masih menjalin kontak dengan beberapa member SNSD. Jessica pun mengatakan bahwa ia juga mendukung karir solo Tiffany Hwang, yang juga mengeluarkan single lagu solonya seminggu lebih awal dari dirinya. Pun, ia berharap SNSD dapat terus maju.

Bagi SM, kini sosok Jessica Jung mungkin bukan lagi sosok penting dari bagian sejarah mereka. Tidak masalah jika Jessica tidak pernah ada, itulah yang seolah ingin SM katakan kepada para fans. Seolah-olah Jessica tak lebih dari sekedar additional member dalam sebuah grup band. Sedangkan, bagi Indonesia, PKI dan Aidit juga bukan bagian dari sosok sentral sejarah bangsa, melainkan kita cukup sekedar tahu saja mereka apa dan siapa, tanpa perlu dikulik secara mendalam. Seolah-olah cukuplah kita tahu PKI dan Aidit sebatas peristiwa G30S/PKI saja.

Perbedaan antara Aidit-PKI dan Jessica Jung mungkin ada pada sudut pandang, dimana Aidit dan PKI-nya dianggap antagonis, sedangkan Jessica Jung adalah protagonis. Aidit dan PKI dianggap sebagai pengkhianat, Jessica Jung dianggap sebagai pihak yang dikhianati. Bagaimana tentang kebenaran dibaliknya? Tentu banyak spekulasi, tetapi hanya Tuhan Yang tahu.

Terakhir, khusus untuk para Sone (sebutan fans SNSD), mari terima realitanya. Kini, SNSD sudah ber-8, Jessica Jung pun juga sudah move on bergabung dengan label/agency baru, yaitu Coridel Entertainment. Sahabat mungkin dapat kembali, tetapi bisnis adalah bisnis.

2 comments: