Tanggal 30 September 1965 adalah salah satu tanggal penting dalam sejarah Bangsa Indonesia. Mengingatkan kita akan sebuah peristiwa tragis yang menimpa tujuh orang perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya. Hari setelahnya, 1 Oktober 1965, dikenal sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Namun, tahukah kamu bahwa di tanggal yang sama 49 tahun setelah itu, atau tepatnya di tahun 2014 ada sebuah peristiwa yang (bisa penting, bisa tidak) mengguncang negeri Korea Selatan. Walau tidak berdampak langsung pada dunia perpolitikan Indonesia, tetapi tetap menyedihkan karena dapat memicu Twit War antar sesama Rakyat Indonesia di Twitter. Mari kita bahas bersama-sama.
Dalam buku pelajaran sejarah yang
kita pelajari mulai dari SD hingga SMA, hampir selalu ada bab yang membahas
tentang peristiwa "Gerakan 30 September" atau yang lebih akrab dengan
istilah "G30S/PKI", yaitu peristiwa pembunuhan keji terhadap tujuh orang
perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya. Pembunuhan
terhadap ketujuh perwira tinggi yang akhirnya diabadikan sebagai "Pahlawan
Revolusi" berdasarkan Keppres No. 111/KOTI/1965 itu sejatinya baru terjadi
pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari. Hanya saja pergerakan para pelaku
dimulai sejak malam tanggal 30 September 1965.
Banyak pihak yang mengatakan
bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) lah pihak yang paling bertanggung jawab
atas peristiwa tersebut. PKI dianggap hendak melakukan kudeta pada masa itu,
dan hal tersebut dianggap sebagai sebuah bentuk pengkhianatan. Sejak kejadian
itu, masyarakat Indonesia seolah menjadi sangat parno dengan PKI dan hal-hal
berbau komunisme, bahkan hingga sekarang.
PKI sejatinya sudah lama 'mati',
tetapi beberapa waktu lalu isu kebangkitan PKI kembali menguat. Adalah Mayjen
TNI (Purn) Kivlan Zen, S.IP, M.Si yang menjadi salah satu pihak yang amat
'getol' berkoar-koar perihal bangkitnya PKI. Tentunya, hal ini sungguh sangat
meresahkan masyarakat Indonesia.
Bagaimana tidak? Semenjak isu ini
menguat, masyarakat menjadi sangat responsif. Banyak sekali upaya-upaya yang
dilakukan berbagai pihak untuk mencegah kebangkitan PKI, contoh yang paling kontroversial
adalah pemusnahan buku-buku yang dianggap 'bernuansa kiri', yang bahkan hal ini mendapat dukungan dari pihak
perpustakaan nasional. Buku-buku tersebut dimusnahkan karena disinyalir dapat
membangkitkan kembali gairah komunisme di Indonesia. Di sisi lain, ada pula
pihak yang berpendapat bahwa aksi-aksi tersebut adalah bentuk dari keinginan
untuk menghapus sejarah.
Jika bicara mengenai PKI, maka
pastinya kita tidak akan pernah terlepas dari satu sosok bernama Dipa Nusantara
Aidit atau yang lebih dikenal dengan nama DN Aidit. Pria yang konon terlahir
dengan nama Achmad Aidit ini merupakan mantan ketua PKI. Sebagai seorang yang
pernah memegang jabatan sangat penting di PKI, tentu Aidit adalah orang yang
paling dicari pada masa itu, dan dianggap sebagai salah satu orang yang
memegang peran besar terhadap peristiwa G30S/PKI.
Hal-hal mengenai DN Aidit juga dianggap
tabu akibat menguatnya kembali isu kebangkitan PKI, salah satunya adalah
lukisan yang sempat terpampang di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta.
Dalam lukisan karya Galam Zulkifli tersebut, dari sekian ratus wajah
tokoh-tokoh Indonesia, terselip satu wajah yang terkesan ‘haram’ untuk
dipertontonkan. Ya, siapa lagi kalau bukan wajah dari seorang DN Aidit.
Alhasil, lukisan bertajuk “The Indonesia Idea” yang menggambarkan wajah tokoh-tokoh yang berperan membuat Indonesia bisa sampai sekarang ini.
Layaknya panggung drama, Indonesia tentu terdiri dari tokoh protagonis dan antagonis, bukan? Atau mungkin ada yang merangkap keduanya (who knows?). Namun, Indonesia nampaknya sudah benar-benar tidak mau mengenal PKI ataupun DN Aidit.
Layaknya panggung drama, Indonesia tentu terdiri dari tokoh protagonis dan antagonis, bukan? Atau mungkin ada yang merangkap keduanya (who knows?). Namun, Indonesia nampaknya sudah benar-benar tidak mau mengenal PKI ataupun DN Aidit.
Oke, jika pembahasan mengenai PKI
dan Aidit ini cukup membuat kepala menjadi pusing, mari kita coba kesampingkan
mereka sejenak. Begini, apa yang dialami Aidit mungkin kurang lebih sama dengan
apa yang dialami oleh bintang Kpop Korea Selatan, Jessica Jung. Bukan… Bukan
karena ia merupakan antek-antek Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, tetapi ada
kasus lain yang berhubungan dengan label/agency
lama Jessica, yaitu SM Entertainment.
Wanita yang terlahir dengan nama
Jung Soo Yeon itu pernah menjadi bagian dari Girl Group Internasional Korea Selatan yang sangat fenomenal, yaitu
“Girls’ Generation” atau “SNSD (So-Nyeo Shi-Dae)”. Jessica bersama SNSD melewati
tahun-tahun yang penuh fenomenal di industri musik Korea Selatan dan dunia.
Mereka merupakan bagian dari sejarah industri entertaiment Korea Selatan yang patut diabadikan. Coba tanya
teman-teman laki-laki kalian yang mulai menjadi fans musik Kpop sejak rentang tahun 2007-2014 (atau mungkin
termasuk yang baru mulai sekarang), pasti sebagian besar dari mereka akan
menjawab bahwa ‘pintu masuk’ mereka ke dunia fanboying Kpop adalah SNSD.
SNSD menjalani tahun-tahun yang
manis dan harmonis sebagai 9 wanita yang sukses membombardir ‘garis pertahanan
hati’ para lelaki. Musik mereka menghentak, daya pikat mereka tak terelakkan. Berbagai
penghargaan telah mereka raih. Konser diselenggarakan di sana sini, termasuk di
negeri tempat Barack Obama memimpin. Tidak ada satu pun member SNSD yang unfamous
atau kasarnya “hanya sebagai pemanis”.
Namun, mereka yang menjalani
debut pada tahun 2007 itu, harus menjalani cobaan berat pada tahun 2014,
tepatnya di bulan September. Jessica Jung meninggalkan mereka. Banyak spekulasi
yang berkembang di kalangan media, dan juga para fans perihal keluarnya Jessica. Spekulasi berkembang menjadi
kontroversi akibat adanya statement dari
kedua belah pihak (Jessica dan SM Entertainment).
Pada tanggal 1 Oktober,
Jessica mengumumkan kepada publik bahwa dirinya dipaksa untuk keluar dari
SNSD oleh SM Entertainment. Jessica merasa bahwa hal tersebut berhubungan
dengan bisnis yang ia jalankan. Memang, selain menjalani karir di dunia entertainment, wanita berjuluk “Ice
Princess” ini diketahui menjalankan usaha di bidang fashion.
Dalam pernyataannya, Jessica bisa
dibilang merasa dikhianati karena, sebelumnya, ia telah disetujui dan
dipersilahkan oleh SM untuk memulai bisnis pribadinya tersebut. Bahkan,
langkahnya tersebut didukung oleh member
SNSD lainnya. Sebulan setelah peluncuran fashion
brand miliknya, ia tiba-tiba merasa semuanya telah berubah. Sikap SM dan para
member SNSD berubah perihal
kegiatannya di bidang bisnis tersebut. Hingga pada akhirnya ia dipaksa membuat
pilihan: SNSD atau bisnisnya itu.
Pernyataan Jessica tersebut jelas
membuat para fans berang dan sangat
responsif. mereka menuntut adanya penjelasan dari pihak SM Entertainment,
ataupun SNSD. Sebelumnya, pada tanggal 30 September
2014, SM sudah lebih dulu buka suara.
Dalam pernyataannya, SM mengatakan bahwa justru Jessica sendiri lah yang
meminta untuk keluar dari SNSD guna memulai karirnya secara solo. Alasannya
adalah due to a personal situation.
Inti dari pernyataan SM pada saat itu adalah mereka memutuskan untuk
‘menjalankan’ SNSD hanya dengan 8 orang, tetapi tetap mendukung Jessica secara personal, yang artinya Jessica tetap di
bawah kendali manajemen SM Entertainment.
Namun, fans banyak yang tak terima. Ada beberapa fans yang pro ke Jessica dan ada juga yang pro ke SNSD. Gesekan antar fans terjadi di Twitter memicu Twit War. Beberapa bahkan berubah dari yang tadinya fans menjadi haters. Sedihnya, para fans mereka di Indonesia juga ikut-ikutan. Padahal, kenal secara personal saja belum tentu.
Betapa respon terhadap apa yang terjadi di negeri ginseng nun jauh di sana direspon dengan begitu luar biasa di sini. Ketika beberapa waktu lalu SNSD datang untuk menggelar konser tur bertajuk Phantasia di Indonesia, banyak fans yang memutuskan tidak hadir. Selain alasan kehabisan tiket, izin orang tua, dan ketersediaan biaya, muncul suatu alasan yang terdengar agak membingungkan, yaitu: "gua masih baper".
Pasca kejadian yang dikenal
dengan istilah “G30SNSD” di kalangan fans
di Indonesia ini, hubungan antara Jessica dengan SM tak kunjung membaik.
Puncaknya, pada 6 Agustus 2015, Jessica meninggalkan SM. Hal yang semakin
membuat kesal para fans terkait
keluarnya Jessica adalah sikap dari SM dan SNSD di media sosial dan televisi.
Jika di Indonesia semua hal yang
berkaitan atau mirip-mirip dengan PKI/Komunisme dimusnahkan, maka hal yang
kurang lebih sama terjadi pada Jessica Jung. SM berusaha menghapus Jessica dari
sejarah mereka. Seolah-olah tidak pernah ada member SNSD atau artis SM bernama Jessica Jung alias Jung Soo Yeon.
Hampir semua hal berbau Jessica
mereka hilangkan dari internet, seperti halnya foto-foto dan beberapa video
yang ter-posting pada akun media
sosial SM, maupun member-member SNSD. Bahkan, untuk sekedar menyebut nama
“Jessica Jung” di acara TV yang menghadirkan SNSD adalah ‘haram’ hukumnya. Pun
sama halnya dengan Jessica. Silahkan scroll
akun Instagram Jessica Jung sampai postingan paling awal. Anda tidak akan lagi menemukan foto Jessica bersama dengan member SNSD ataupun artis SM,
kecuali adiknya Krystal Jung.
Pada hari peringatan debut SNSD yang ke-9, SM mengunggah video klip lagu terbaru SNSD yang berjudul “Sailing 0805”.
Konsep video klipnya berisi video animasi yang berlatar belakang nuansa video
klip lagu-lagu SNSD yang pernah menjadi hits
dari masa ke masa. Di akhir video klip tersebut, terlihat bahwa SNSD
digambarkan hanya terdiri dari 8 orang. Bagaimana dengan Jessica? Mereka hanya
menyisakan gambar gitar dan topi yang ia kenakan di beberapa video klip SNSD.
Seolah ia telah hanyut di tengah-tengah pelayaran SNSD mengarungi samudera
dunia hiburan Korea Selatan.
Jessica Jung bertopi Ungu di Video Klip "Gee" (Sumber: SM Entertainment)
Jessica Jung bergitar bintang merah di Video Klip "Girls Generation" (Sumber: SM Entertainment)
Jika diperhatikan baik-baik, terdapat gambar gitar Jessica Samar-Samar (Sumber: SM Entertainment)
Topi ungu Jessica terlihat Jelas (Sumber: SM Entertainment)
Lalu bagaimana dengan hubungan
antara Jessica dengan member SNSD
lainnya? Di sela-sela promosi album solo terbarunya pada Mei 2016 lalu, Jessica
sempat mengonfirmasi kepada media, perihal hubungannya dengan member SNSD. Ia mengatakan bahwa ia
masih menjalin kontak dengan beberapa member
SNSD. Jessica pun mengatakan bahwa ia juga mendukung karir solo Tiffany Hwang,
yang juga mengeluarkan single lagu
solonya seminggu lebih awal dari dirinya. Pun, ia berharap SNSD dapat terus
maju.
Bagi SM, kini sosok Jessica Jung
mungkin bukan lagi sosok penting dari bagian sejarah mereka. Tidak masalah jika
Jessica tidak pernah ada, itulah yang seolah ingin SM katakan kepada para fans. Seolah-olah Jessica tak lebih dari
sekedar additional member dalam
sebuah grup band. Sedangkan, bagi Indonesia, PKI dan Aidit juga bukan bagian
dari sosok sentral sejarah bangsa, melainkan kita cukup sekedar tahu saja
mereka apa dan siapa, tanpa perlu dikulik secara mendalam. Seolah-olah cukuplah
kita tahu PKI dan Aidit sebatas peristiwa G30S/PKI saja.
Perbedaan antara Aidit-PKI dan Jessica Jung mungkin ada pada sudut pandang, dimana Aidit dan PKI-nya dianggap antagonis, sedangkan Jessica Jung adalah protagonis. Aidit dan PKI dianggap sebagai pengkhianat, Jessica Jung dianggap sebagai pihak yang dikhianati. Bagaimana tentang kebenaran dibaliknya? Tentu banyak spekulasi, tetapi hanya Tuhan Yang tahu.
Perbedaan antara Aidit-PKI dan Jessica Jung mungkin ada pada sudut pandang, dimana Aidit dan PKI-nya dianggap antagonis, sedangkan Jessica Jung adalah protagonis. Aidit dan PKI dianggap sebagai pengkhianat, Jessica Jung dianggap sebagai pihak yang dikhianati. Bagaimana tentang kebenaran dibaliknya? Tentu banyak spekulasi, tetapi hanya Tuhan Yang tahu.
Terakhir, khusus untuk para Sone
(sebutan fans SNSD), mari terima realitanya. Kini, SNSD sudah ber-8, Jessica Jung pun juga sudah move on bergabung dengan label/agency baru, yaitu Coridel
Entertainment. Sahabat mungkin dapat kembali, tetapi bisnis adalah bisnis.
Teteup akuh mah Yoona garis keras.. :P
ReplyDeleteMantab!
Delete