Sebuah Fan-Art dalam rangka Project Birthday Ghaida bersama @kamenriderbebek Tahun 2014
Kata "Guider" saya temukan di Google Translate ketika menerjemahkan nama Ghaida dalam huruf Jepang
Foto Asli di-upload oleh Ghaida Farisya melalui akun Twitter-nya (@ghaidaJKT48)
Tanggal
8 April 2012. Itu adalah tanggal pertama kali saya mendengar nama “Ghaida
Farisya”. Saya pertama kali melihat kenampakannya dalam sebuah foto berisikan
belasan member JKT48 di website resmi
mereka. Sosoknya menarik perhatian mata dan memikat relung hati. Adalah
sederhana, yaitu “rambut pendek”. Mungkin, Ghaida adalah perempuan berambut
pendek nan tomboy kedua yang dapat memikat hati saya. Kenapa? Tidak tahu
kenapa, karena memang untuk urusan seperti itu sulit dijelaskan dengan
kata-kata.
Tanggal
15 April 2012. Itu adalah hari dimana saya memutuskan untuk berikrar menjadikan
dia sebagai oshi (oshi dapat
diartikan member sebuah girl group yang sangat ingin kita dukung
dan tentunya paling diidolakan), tepatnya setelah saya melihatnya dalam sebuah
acara berjudul JKT48 School di Global TV. Saya mungkin orang yang suka dengan
tipe perempuan yang agak berbeda dari yang lain.
Bagi saya, Ghaida merupakan
perempuan yang masuk dalam kriteria itu. Dalam
perjalanan ngidol saya terbukti bahwa Ghaida adalah sosok idola yang berbeda
dari yang lain, tentunya bukan hanya karena rambutnya yang pendek di tengah
mayoritas member JKT48 yang berambut
panjang.
Ketika member-member lain,
atau mungkin mayoritas remaja di kota-kota besar masih dapat tinggal bersama
orang tuanya saat jenjang SMA, maka tidak dengan Ghaida. Dia
sudah merantau ke Bandung sejak SMA, jauh dari orang tuanya di Banten. Umumnya,
mungkin anak akan merantau ketika kuliah, tetapi tidak dengan Ghaida. Ia melakukannya
sejak SMA. Tak heran jika dia adalah salah satu member tangguh dalam hal meredam para pembenci di media sosial. Ya,
walaupun kadang suka baper juga sih tapi maklum lah karena dia tetaplah seorang
perempuan. Untuk saya yang dari orok sampai seumur sekarang masih tinggal
dengan orang tua, tentu Ghaida adalah sosok yang luar biasa bagi saya.
Ghaida
dapat menjadi salah satu orang yang memotivasi hidup saya karena saya percaya
mungkin kondisi saya dulu (ketika kuliah) jauh lebih nyaman dibandingkan dia. Tahun
2011-2015 adalah masa-masa saya menempa ilmu di dunia perkuliahan. Sedangkan,
Ghaida Farisya menjalani masa-masa kuliahnya pada rentang 2012-2016. Masa-masa
kuliah terkadang hidup kekurang motivasi, tetapi terkadang gadis Banten ini
hadir di linimasa Twitter saya yang cenderung membuat saya malu.
Jika
member-member lain lebih sering
berkicau tentang apa yang mereka makan dan mau ngapain atau abis ngapain, maka
berbeda dengan Ghaida. Terkadang ia bercerita tentang kehidupan kuliahnya,
terkadang ia bercerita tentang masa lalunya. Tak jarang, ia juga bercerita
tentang cita-citanya. Hal itu membuat saya sadar kembali bahwa saya juga
manusia yang punya keinginan dan juga mimpi.
Jenis
kicauan yang paling sering ‘menampar’ saya adalah curhat atau cerita hidupnya
sebagai mahasiswa, sekaligus member JKT48.
Ghaida tetap menjadi anak kos, ia tetap seorang perantau. Pula ia kerap bercerita
bahwa setelah kuliah, ia harus langsung latihan atau perform, lalu setelah itu masih harus begadang mengerjakan
tugas-tugas kuliahnya yang tak sedikit. Bagaimana dengan saya? Aktivitas saya
tidaklah sepadat Ghaida, tetapi amat sering mengeluh. Semua itu membuat saya
berpikir,”tidak ada gunanya untuk bermalas-malasan” dan “kalau Ghaida bisa,
kenapa saya tidak”.
Rasanya
cukup wajar jika saya memasukkan nama Ghaida sebagai salah satu orang yang saya
patut ucapkan terima kasih di lembar awal skripsi saya:
Kutipan Kalimat pada Kata Pengantar Skripsi Saya
Ghaida
juga merupakan representatif gadis sederhana yang hidupnya tak muluk-muluk. Ghaida
dapat mem-posting foto selfie full makeup dengan dirinya berbalut
seragam pentas JKT48 di media sosial. Cantik, nan ayu. Hati lelaki mana yang
tak terjerat olehnya. Namun, ia juga dapat tiba-tiba mem-posting foto muka kucelnya tanpa make up ketika hendak pergi kuliah. Cuek, tak peduli apa kata orang,
dan apa adanya.
Cita-cita
ia masuk JKT48, salah satunya, juga tidak muluk-muluk. Ia hanya ingin merasakan
“gimana sih jadi idola itu?”. Ia tak terlalu memikirkan bagaimana untuk dapat
menjadi artis yang dapat selalu eksis di layar kaca Indonesia, ataupun Jepang.
Ia hanya ingin tahu rasanya. Namun, hal itu tak lantas menjadikannya sosok unprofessional selama menjalani karir
bersama JKT48.
Dirinya
tetap sosok profesional dalam bekerja. Jika tidak, mana mungkin manajemen JKT48
mau mempercayakannya sebagai salah satu starting
sixteen dalam beberapa single
lagu JKT48 yang dirilis ke publik. Para penggemarnya pun rela ‘merogoh kocek’
agak lebih dalam guna membantunya Senbatsu
Sousenkyo Single JKT48. Prestasi terbaiknya dalam ajang Senbatsu
Sousenkyo Single ke-13 JKT48, bertajuk “Mae
Shika Mukanee” adalah meraih posisi kedua, hanya berselisih tipis jumlah
voting beberapa poin saja dengan Jessica Veranda. Nyaris menjadi center utama.
Penggemar
berat Kamen Rider ini juga serius ketika kuliah. IPK-nya tidak jeblok, bahkan
dapat lulus tepat waktu (4 tahun) pada
tahun 2016 ini dari Jurusan Sastra Jepang di salah satu universitas swasta di
Jakarta. Usaha keras dan kegigihannya tak mengkhianati.
Namun,
semua pengorbanannya itu bukannya tanpa konsekuensi. Ia kerap harus terbaring
lemah, bahkan sempat merasakan empuknya kasur rumah sakit akibat aktivitasnya
yang padat. Bahkan, ia pernah menyatakan ingin graduate (keluar/lulus) dari JKT48 pada Januari 2013 karena masalah
fisiknya itu. Pada akhirnya, ia membatalkannya, dengan konsekuensi di-banned oleh manajemen untuk beberapa
bulan.
Masalah
utama kesehatannya menurut saya cuma satu: dia gak doyan makan. Aktivitas fisik
berat dan (mungkin) stress tinggi jika tidak ditunjang dengan asupan yang
(lebih dari) cukup, ya jelas membuat kondisi fisiknya menjadi drop.
Salah
satu hal menarik lagi dari seorang Ghaida Farisya adalah dirinya yang agak kontroversial
di media sosial. Salah satu hal yang paling saya ingat dari penggemar berat
Laruku ini adalah komentarnya tentang rokok di Twitter. Dalam kicauannya,
disimpulkan bahwa ia adalah orang yang kontra dengan aktivitas merokok. Banyak fans yang pro dan kontra dengan
pendapatnya.
Namun,
bagi saya, keberaniannya berbicara adalah poin plus tersendiri. Idol harusnya diasumsikan sebagai orang
yang senantiasa menyapa siang harimu dengan ucapan, “selamat siang, kakaaakk..
jangan lupa makan siang ya.. :D hari ini mendung jangan sampai sakit :(”. iya,
Ghaida juga suka mempraktekkannya. Akan tetapi, di sebuah siang mendung, dengan
mengenyampingkan hal tersebut, ia mengemukakan pendapatnya tentang rokok dengan
berani.
Banyak
yang mengatakan bahwa Black Pink adalah salah satu idol Asia (Korea Selatan) yang berani karena lirik lagunya yang
agak kontroversial. Akan tetapi, di samping memang skill dance mereka yang sangat ciamik dan suara yang bagus, Black
Pink hanya sekedar menyanyikan liriknya. Bukan buah hasil pemikiran mereka. Dan
Ghaida, walau Twit-annya tidak mengandung unsur kata-kata kasar, tetapi dia
berani mengemukakan ide-ide yang ada di kepalanya, walau mungkin kontroversial atau
tidak biasa dalam dunia per-idol-an.
Terlepas
dari semua itu, Ghaida Farisya juga sosok yang cukup religius. Mungkin, ia belum
sealim Ghaida Tsurayya, anak dari KH. Abdullah Gymnastiar, tetapi baginya
menjalankan perintah Allah SWT. adalah penting. Beberapa Twit-annya di bulan
Ramadhan dan menjelang lebaran dapat menggambarkan hal tersebut. Saya pikir, ia
juga salah satu member yang bangga menjadi seorang muslimah, tidak peduli walau sedang
bekerja bersama perusahaan entertainment Jepang:
Ghaida Farisya on Twitter (@ghaidaJKT48)
Bagi
Ghaida Farisya, mengejar ilmu dan mimpi juga merupakan hal terpenting. Ada kabar
bahwa keinginannya untuk meninggalkan JKT48 adalah untuk melanjutkan kuliahnya
ke jenjang S2, bahkan hingga S3 nantinya. Sebuah cita-cita yang tentu jauh
lebih tinggi dibandingkan apa yang ia lakukan di JKT48 sekarang.
“Keluar dari kepompong dan menjadi kupu-kupu
yang cantik! Aku, Ghaida”
-Jargon Ghaida Farisya di JKT48
Kupu-kupu
yang telah lama keluar dari kepompong itu kini ingin terbang lebih tinggi lagi.
Ia tak puas hanya berdiam diri di satu tempat. Masih banyak bunga indah nan
harum yang harus dihinggapi. Langit biru juga terlalu luas jika dibiarkan begitu
saja, sekedar untuk ditatap. Dan sudah seharusnya, kupu-kupu yang indah harus
menunjukkan warnanya ke seluruh penjuru dunia. Ghaida Farisya mungkin adalah
kupu-kupu itu.
Adios,
Ghaida Farisya! Terima kasih atas senyuman dan berbagai ekspresimu di atas
panggung. Terima kasih atas inspirasi dan cerita yang dibagikan. Semoga sehat
dan sukses selalu. Semoga dapat melihat, bahkan bertemu denganmu lagi di waktu
dan tempat yang lebih baik. Barakallah.
Pesan
dari Ghaida Farisya:
Min izin share thangks kata katanya buat kak Ghaida
ReplyDelete