Saturday, February 18, 2017

Zombie Stories: Catatan Harian Para Survivor Indonesia Part 1

Semua tulisan pertama kali dimuat di salah satu thread zombie paling fenomenal di Kaskus. Saya dan beberapa kaskuser lain meramaikan thread bertajuk "Catatan yang (masih) Selamat" tersebut dengan membuat semacam side story dari main event yang dibuat oleh Thread Starter.

Konsep dari cerita yang kami buat adalah bagaimana kondisi Indonesia ketika dihantam bencana zombie apocalypse. Cerita menggunakan sudut pandang orang pertama, dimana tokohnya seolah membuat semacam diary kehidupannya tentang bagaimana mereka bertahan hidup. "NO ZOMBIES WORD". Itulah rules yang ada. Kondisi ceritanya, seolah tidak pernah ada film atau game yang menceritakan hal-hal atau kata tentang "zombie".

Ini dia, saya tuangkan semua yang pernah saya tulis di sana, di Blog ini. Enjoy!


H+2 Depok - Catatan Rony Si Tentara yang Kesepian

DOR!

05.00 PM. Ya, itulah peluru terakhirku untuk hari ini. Capek juga menembak rupanya.

Oh iya, namaku Rony Sibarani. Anggota TNI AD yang terjebak kesepian di atas atap sebuah minimarket. 2 hari yang lalu, aku dan beberapa orang pasukan diturunkan dari atas helikopter tepat di atas atap minimarket ini. Maksudnya adalah untuk menyerang 'musuh' dari atas, sementara beberapa pasukan lain di bawah. Namun, yang berada di bawah tak pernah kembali. Hingga beberapa pasukan yang berada di atas bersamaku memutuskan untuk turun. Dan tak pernah kembali. Kini hanya tinggal aku sendiri. Iya, sendirian... bersama 100 peluru handgun tersisa, 30 peluru sniper, 3 bungkus roti, 1 buah pulpen, dan 1 buah buku catatan. Aku bukan orang yang senang menulis tapi akhirnya, mulai detik ini aku akan menulis. Ya, setidaknya untuk menghilangkan rasa bosan.

Kini, aku sedang mencoba menikmati indahnya langit kala senja. Tak ada lagi yang bisa kulakukan. Aku menembaki 'musuh-musuh' ini saja sebagai hiburanku. Tak pernah sebebas ini menembaki orang dari atas. Haha. Aku tidak mengerti kenapa mereka tak pernah habis, setiap kali aku menembak 1 'musuh' maka 10 'musuh' datang. Kenapa sih banyak sekali 'mantan manusia' di daerah ini?? Ah... aku baru sadar di sekitar sini ada banyak kost-an mahasiswa. Sial, nampaknya memang mereka peka dengan suara. Harusnya aku membawa silencer tapi yasudahlah... aku menikmati saja. 

Teman-temanku sesama tentara yang turun, mereka tak kembali gara-gara tergigit dan akhirnya berubah menjadi 'musuh'. Aku bingung kenapa, jadi terpaksalah aku membunuh mereka satu per satu. Si Joni, dia merebut kekasihku. Mati lah dia kutembak! Arifin, teman seperjuanganku yang jarang tersenyum dan sering melotot. Sekarang dia sudah mati, kutembak tepat di matanya! Robby, dia sahabat akrabku di barak tapi tetaplah dia harus kutembak. Banyak lah sudah... Aku berencana menanti hari demi hari hingga peluruku hanya tersisa 1 butir, lalu menembakkannya sendiri ke kepalaku. Ah... tapi bunuh diri itu tak boleh, kawan. Yasudahlah aku mati kelaparan saja. 

Hoaaaahhh... kini aku menulis sambil berbaring. Iya, bosan banget. Lebih baik bergerilya melawan musuh yang juga bersenjata. Lebih seru, lebih menantang, dan... lebih ramai, tidak kesepian setidaknya. Bagaimana tidak kesepian? Tidak ada teman yang dapat diajak ngobrol, tidak ada siaran sepak bola, tidak ada comedy, tidak ada apa-apa, hanya raungan dari puluhan 'musuh' di bawahku ini. Okelah aku meloncat saja sekarang. Mari aku habisi mereka satu per satu. Tak apalah mati, setidaknya ada sesuatu yang menantang. AKu akan tinggalkan catatanku di atas minimarket ini. Apa ya nama tempat ini? Rasanya rumahku juga tak jauh dari tempat ini. Ah iya, mahasiswa biasa menyebutnya Kukusan Kelurahan. Karena kurang lebih 10 meter sudah pintu masuk Universitas Indonesia. Okelah, mari berdoa.

.......

.......

.......

OH TUHAN! Terima kasih ya Tuhan!

Aku melihat manusia! Percaya atau tidak saya menulis ini sambil terengah-engah... baiklah saya orang akan urus itu mereka berdua dan kalau ada umur saya akan menulis lagi.


H-1 tahun & H+0 Universitas Indonesia, Depok - Catatan Aryo si Alumni yang Sial

H-1 tahun
"Alhamdulillaaaaaahhhh... LULUS!!!" Teriakku 1 tahun yang lalu, kala aku dinyatakan lulus setelah sidang skripisi. Sontak sujud syukur kulakukan. Itu adalah hari yang tak bisa kulupakan. Aku banjir ucapan selamat hari itu. Dari orang tua, teman seangkatan, kakak tingkat, junior, dan lain-lain.

"Kampret! Lu nyusul gua, njir!" Kata sahabatku Aris sambil menjitakku.

"Hahahaha.... mantap kan gua, gan!?."

Kebetulan memang jadwal sidang Aris lebih dulu dariku, jadi dia bisa lulus duluan, hehe... gila emang tegang banget sih kalau ingat momen saya di sidang.

Sebelum memutuskan pulang ke rumah, aku, Aris, dan kawan-kawanku yang lain menyempatkan diri untukngobrol-ngobrol di bawah tangga gedung F fakultasku. Ya, sekalian melepas tegang. Hmm... di bawah tangga ini ada sofa dan kursi yang biasa digunakan mahasiswa untuk duduk-duduk sambil menunggu kelas. Cukup asyik untuk ngobrol-ngobrol memang. Kami berbincang-bincang, sambil sesekali temanku yang lain lewat, mengucapkan selamat dan foto bareng, dan kadang juga pada ikut nimbrung ngobrol, hehe... FYI aja, fakutasku ini kebanyakan cewek loh emoticon-Stick Out Tongue

"Terus lu mau kemana nih?" tanya Aris padaku.

"Besok gua ke Jakarta kayaknya. Gua udah mulai kerja nih... besok dan selama seminggu gua bakal ada di asrama Polri. Biasa, ahli gizi ngurusin gizi polisi, haha... entahlah, bro perusahaan gua kemaren ada proyek bareng Polri. Asyik nih, gua bisa minta diajarin nembak." Kataku.

"Keren! Nembak cewek? hahaha..." Kata Aris sambil diikuti tawa temanku yang lain.

"Wes lah, Yo. Gua juga udah beli tiket pulang ke Jogja. Yaaa... padahal masih mau nonton sidang anak-anak lain tapi ya udah homesick, hehe... Okelah kita ketemu lagi nanti pas wisudaan."

"Sip lah! gua balik duluan ya, guys, ck!" kataku sambil berdiri dan bergaya sambil membentuk pistol dengan jari. Kemudian mengangkat sedikit telunjukku, seolah-olah menembakkannya ke arah Aris.

H+0
DOR!

Hari itu di tempat yang sama, di siang berbeda. Aku menembak mati Aris. Tepat di kepala. Tangannya sudah tergigit mayat hidup. Dia memintaku membunuhnya dalam keadaan masih manusia. Dia merasa lebih terhormat mati sebagai manusia ketimbang mayat hidup itu. Tadinya aku, Aris, dan teman-teman seangkatan lain akan mengadakan reuni tetapi semua sirna. Sirna... ketika mayat-mayat hidup itu datang menginvasi kampusku... dan fakultasku. Ah brengsek! Suara tembakan dan teriakan mewarnai tempatku berdiri. Begitu juga dengan mayat hidup yang bertebaran gigit sana, gigit sini.

"Bang Aryo! Lewat sini!". CROT! Kata Bima sambil yang berdiri di taman Bawah Pohon Mangga menusuk 2 kepala mayat hidup dengan 2 pisau yang dibawanya. Bima junior-ku. Harusnya dia sidang tahun ini. Namun, segala kekacawan ini membuatnya harus menunda sidangnya. Entah sampai kapan... karena aku punya firasat buruk ini tidak akan berlangsung sebentar. Soalnya, aku juga melihatnya di TV, media sosial, dan mendengar di Radio bahwa bukan hanya Jakarta, Depok, atau Jabodetabek saja yang mengalami ini!

"Oke oke!" Jawabku sambil berlari ke arahnya meninggalkan mayat Aris dan mayat yang lainnya. Kini aku harus terus berlari dan terus berlari, aku menulis ini di Notes HP-ku. Sungguh, Jika ada orang yang menjadi biang keladi segala kericuhan ini, maka ia tak bisa dimaafkan! Namun, jika ini kehendak Tuhan maka aku berharap Tuhan mau mengampuni kami. Amin.

No comments:

Post a Comment